Selasa, 17 Desember 2019

kerja parasetamol pada prostaglandin


Bagaimana caranya kita tau parasetamol bekerja pada prostaglandin ?

Jawab:

      Yaitu dengan cara prostaglandin (reseptor nyeri) akan memerikan sinyal nyeri ke otak dan otak akan memerintah saraf-saraf untuk memberitahu rasa nyeri pada kita. Paracetamol memiliki cara kerja seperti enzim dan substrat, dimana paracetamol sebagai substrat yang akan berikatan dengan enzim cox-1 dan cox-2. Dari enzim inilah dihasilkan prostaglandin, sehingga ketika keduanya berikatan maka prostaglandin akan dihambat (diblock) dan konsentrasinya menurun. Karena prostaglandin dihambat maka rasa nyeri tersebut akan hilang.

Sabtu, 30 November 2019

HEMATOLOGI (KIMIA MEDISINAL)

   
HEMATOLOGI
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. 45-60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan.
Ø  Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan panel hemalotogi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak-anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur diatas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler dan trauma.
Ø  Definisi Darah
Darah berasal dari kata “haima” yang berasal dari akar kata hemo atau hemato merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh, berfungsi mengalirkan oksigen keseluruh jaringan tubuh, mengirim nutrisi yang dibutuhkan sel-sel menjadi benteng pertahanan terhadap virus dan infeksi.
Menurut Handayani dan Hariwibowo (2008), mengatakan bahwa keadaan jumlah darah pada  tiap-tiap orang tidak sama bergantung pada usia, pekerjaan serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu sebagai berikut :
     1.      Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,elektrolit dan protein plasma
      2.      Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
          ·           Eritrosit yaitu sel darah merah (SDM-red blood cell)
          ·           Leukosit yaitu sel darah putih (SDM-white blood cell)
          ·           Trombosit yaitu butir pembeku darah-platelet
Ø  Penyebab Kelainan Darah
    Ada beberapa alasan yaang membuat resiko lebih tinggi mengalami gangguan darah diantaranya :
      -            Keturunan
      -            Penyakit tertentu
      -            Infeksi
      -            Kekurangan gizi
Ø  Faktor-Faktor Resiko
Ada beberapa faktor resiko gangguan darah yaitu diantaranya :
     -            Kegemukan (obesitas)
     -            Merokok
     -            Kurangnya aktivitas
     -            Terkena infeksi virus
     -            Lanjut usi
     -            Pola makan yang tidak sehat
Ø  Tanda dan Gejala
Tanda atau gejala penyakit kelainan darah mungkin berbeda-beda penyebabnya tiap individu. Namun ada beberapa gejala yang khas biasanya muncul ketika seseorang mengalami gangguan darah, yaitu :
    -            Lemah, lesu
    -            Pusing
    -            Demam
    -            Kulit mudah memar
    -            Muncul bintik-bintik merah (petekie)
    -            Pendarahan tak terkendalikan setelah luka
    -            Kemerahan pada wajah






DAFTAR PUSTAKA
Handayani, W dan S.A. Hariwibowo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan      
       Gangguan. Salemba Medika, jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik
       Kementrian, Jakarta.
Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Tranfusi. Erlangga, jakarta. Sistem Hematologi.





PERMASALAHAN
1.      Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami anemia difisiensi besi ?
2.      Apa penyebab dan gejala anemia ?
3.      Mengapa pengenceran darah yang terjadi pada wanita hamil dianggap bermanfaat ?

Selasa, 26 November 2019

ANALGETIKA (Kimia Medisinal)

ANALGETIKA
Ø  Definisi
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangan kesadaran. Analgetika pada umumya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek antiinflamasi.
Asam salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Terapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaiu analgetik narkotika. Efek antipiretik menyebabkan otot tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi (artritis rheumatoid) termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.
Analgetika antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori :
1.    Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat diatasi dengan asetosal, paracetaol bahkan placebo.
2.    Nyeri sedang (sakit punggung, migraine, rheumatic), memerlukan analgetik perifer kuat.
3.    Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker), harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotika.      

Ø  Penggolongan
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni:
a.    Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak narkotik dan tidak berkerja sentral. Analgetika antiradangtermasuk keompok ini.
b.    Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
  
v  Analgetik Narkotik
Analgetika narkotik dapat menekan fungsi SSP secara selektif. Mekanisme kerja analgesik dengan pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Struktur  yang memiliki peran penting dalam analgesik (dalam  morfin) :
a)    Struktur bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der wall.
b)   Tempat anionik yang berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
c)    Lubang yang sesuai untuk –CH2-CH2- dari proyeksi cincin piperidin.
        Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Morfin :

(morfin, codein, etilmorfin, heterooksida, asetil morfin, dihidromorfin, normorfin)
·       eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik
·       eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik
·       perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik.
·       pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik
·       hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
·       substansi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik
·       pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 menurunkan aktivitas
·       pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas  
v Analgetik Non Narkotik
Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat (analgetika ringan), juga sebagai antipiretik dan anti radang. Mekanisme kerja :
a.    analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim pada SSP yang mengkatalisis prostaglandin yang mencegah sensitisasi reseptor rasa nyeri.
b.    antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas.
c.    antiradang dengan menghambat biosintesis prostaglandin dan mekanisme lainnya
Penggolongan Analgetik Non Narkotik
A.  analgetik-antipiretik
1)        turunan anilin dan p-aminofenol (asetanilid, fanasetin)
2)        turunan 5-pirazolon (antipirin, metampiron, propifenazon)
B.   antiradang bukan steroid [NSAID]
1)        turunan salisilat (asam salisilat, salisilamida, asetosal)
2)        turunan 5-pirazolidindion (fenilbutazon, sulfinpirazon)
3)        turunan N-arilantranilat (asam mefenamat)
4)        turunan asam arilasetat (diklofenak, ibuprofen)
5)        turunan asam heteroarilasetat (asam tiaprofenat, fentiazak)
6)        turunan oksikam (piroksikam, tenoksikam)
7)        turunan lain-lain (benzidamin, asam niflumat)
 Hubungan  Struktur Aktivitas Turunan Asam Salisilat :

·       senyawa anion salisilat aktif sebagai antiradang, gugus karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan dengannya.
·       turunan halogen dapat meningkatkan aktivitas tetapi toksisitas lebih besar
·       adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas
·       pemasukkan gugus metil pada posisi 3 menyebabkan metabolisme (hidrolisis gugus asetil) menjadi lebih lambat.
·       adanya gugus aril yang hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan aktivitas.
Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam N-Arilantranilat:


(asam mefenamat, asam flufenamat, asam meklofenamat, glafenin, floktafenin)
·       cincin benzen yang terikat atom N memiliki subtituen pada posisi 2, 3, dan 6 akan meningkatkan aktivitas
·       jika gugus-gugus  pada N-aril berada diluar koplanaritas asam antranilat maka aktivitas  meningkat
·       penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus isosterik seperti O, S, dan CH2 menurunkan aktivitas.
  Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam Arilasetat:

(ibufenak, ibuprofen, ketoprofen, fenoprofen, diklofenak, flurbiprofen, laksoprofen)
·      pemisahan dengan lebih dari satu atom C akan menurunkan aktivitas
·      adanya gugus a-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas antiradang
·      adanya a-subtitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan terkadang isomer satu  (isomer S) lebih aktiv dari isomer lainnya.
·      turunan ester dan amida memiliki aktivitas antiradang karena secara invivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya.


  

DAFTAR PUSTAKA
Pati. 2019. Farmakologi 2. Deepublish publisher, Yogyakarta.
Tjay, T. H dan K. Rahardja.2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Computindo, Jakarta.




PERTANYAAN :
1.    Apakah analgetika aman digunakan untuk ibu hamil ?
2.    Bagaimana mekanisme kerja analgetika turunan morfin ?
3.    Bagaimana reaksi efek samping yang terjadi jika salah satu struktur golongan obat narkotika dan non-narkotika dimodifikasi ?

Sabtu, 23 November 2019

ANTIKONVULSAN (KIMIA MEDISINAL)

ANTIKONVULSAN
1.         Definisi
Obat antikonvulsan (anti kejang) adalah senyawa yang secara selektif dapat menekan sistem saraf pusat dan digunakan untuk mengontrol dan mencegah serangan tiba-tiba dari epilepsi tanpa menimbulkan depresi pernapasan. Epilepsi adalah gejala kompleks yang dikarakterisasi oleh kambunya serangan hebat disritmia otak disertai dengan gangguan atau hilangnya kesadaran dan kadang-kadang disertai dengan pergerakan tubuh (kejang), biasanya waktunya pendek dan terjadi pada organ tertentu. Obat anti kejang bersifat simpatometik,  hanya meringankan gejala sajaa tetapi tidak menyembuhkan sehingga pengobatan epilepsi diberikan untuk seumur hidup (Siswandono, 2016).
2.         Mekanisme Kerja Obat Antikejang
Salah satu hipotesis mekanisme kerja obat antikejang adalah serupa dengan anestetika sistemik dan sedatif-hipnotik, yaitu termasuk obat berstruktur tidak spesifik, yang efek farmakologisnya dipengaruhi oleh sifat kimia fisika dan tidak oleh pembentukan kompleks dengan reseptor spesifik.
Pada umumnya obat antikejang mempunyai dua struktur karakteristik yaitu gugus yang bersifat pola, biasanya gugus imido dan gugus yang bersifat lipofilik. Antikejang dengan struktur sederhana, kemungkinan berinteraksi secara tidak selektif dan menimbulkan beberapa tipe kerja, sedangkan struktur yang kompleks menunjukkan keselektifan lebih besar dan spektrum kerjanya lebih sempit. Kemungkinan lain interaksinya lebih besar dari pada daerah reseptor lain sehingga masing-masing gugus menyebabkan kerja kualitatif yang berbeda. Contoh : gugus pertama kemungkinan bekerja pada serangan kejang parsial atau generalis sedangkan gugus kedua efektif bekerja pada serangan grand mal (Siswandono, 2016).
Obat anti epilepsi (OAE) bekerja melawan bangkitan melalui berbagai target seluler, sehingga mampu menghentikan aktivitas hipersinkroni pada sirkuit otak. Mekanisme kerja OAE dapat dikategorikan dalam empat kelompok utama : (1) modulasi voltage-gated ion channels, termasuk natrium,kalsium, dan kalium; (2) peningkatan inhibisi GABA melalui efek pada reseptor GABA-A, transporter GAT-1 GABA, atau GABA transaminase; (3) modulasi langsung terhadap pelepasan sinaptik seperti SV2A dan α2δ; dan (4) inhibisi sinap eksitasi melalui reseptor glutamat ionotropik termasuk reseptor AMPA. Efek utama adalah modifikasi mekanisme burst neuron dan mengurangi sinkronisasi pada neuron. OAE juga menghambat firing abnormal pada area lain. Beberapa bangkitan, misalnya bangkitan absans tipikal disebabkan karena sinkronisasi talamokortikal, sehingga OAE yang bekerja menghambat mekanisme tersebut efektif untuk mengobati bangkitan absans tipikal. Kebanyakan target OAE adalah pada kanal natrium, kalium, dan reseptor GABA-A3,4 Ringkasan mekanisme kerja OAE dapat dilihat pada gambar 1.
Menurut Husna dan Kurniawan (2018), Berdasarkan struktur kimianya obat antikejang dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu :
1.      Turunan barbiturat
Dapat digunakan untuk mengontrol epilepsi, tetapi efeknya kurang selektif. Turunan ini selektif terutama untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial (psikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal. Mekanisme kerja turunan barbiturat dalam mengurangi fungsi korteks motor masih belum begitu jelas. Contohnya : fenobarbital, mefobarbital, metarbital dan primidon.
2.      Turunan Hidantoin
Turunan ini sangat efektif terutama untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial (psikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal. Contohnya : mefenitoin, fenitoin Na, etotoin
3.      Turunan Oksazolidindion
Turunan ini efektif untuk pengobatan serangan petit mal dan tidak efektif terhadap serangan grand mal. Turunan ini menimbulkan efek samping seperti iritasi lambung, mual, pusing dan gangguan penglihatan yang lebih serius dapat menimbulkan anemia aplastik, dispresi susmsum tulang belakang dan kerusakan ginjal. Contohnya : trimetadion, parametadion
4.      Turunan Suksinimida
Turunan ini mempunyai aktivitas yang cukup terhadap serangan petit mal dan tidak efektif terhadap serangan grand mal. Aktivitasnya relatif sama dengan turunan oksazolidindion dengan efek samping lebih rendah. Contohnya : fensuksimid, metsuksimid dan etoksuksimid
5.      Turunan Benzodiazepin
Turunan ini merupakan penekanan sistem saraf pusat yang terutama digunakan sebagai sedatif-hipnotik dan relaksasi otot. Beberapa diantaranya juga efektif untuk pengobatan serangan epilepsi, tetapi penggunaan terbatas karena cepat menimbulkan toleransi. Contohnya : klordiazepoksid, diazepam, klobazam, flurazepam, lorazepam dan klonazepam.
6.      Turunan Asam Valproat
Turunan asam valproat yang digunakan untuk anti kejang antara lain adalah asam valproat dan valpromid.
7.      Turunan Dibenzezepin
Contoh dari turunan ini yaitu : karbamazepin dan okskarbazepin



DAFTAR PUSTAKA
Husna, M dan S. N. Kurniawan. 2018. Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi Secara Biomolekuler. MNJ. 4 (1) : 38-45.
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal Edisi Kedua. Airlangga University Press, Surabaya.



PERMASALAHAN
1.      Bagaimana gejala kejang epilepsi yang sering terjadi ?
2.      Mengapa diazepam masih dipilih sebagai obat antikonvulsi ?
3.      Bagaimana efek samping dari obat antiepilepsi ?


kerja parasetamol pada prostaglandin

Bagaimana caranya kita tau parasetamol bekerja pada prostaglandin ? Jawab:       Yaitu dengan cara prostaglandin (reseptor nyeri) ...