Sabtu, 23 November 2019

ANTIKONVULSAN (KIMIA MEDISINAL)

ANTIKONVULSAN
1.         Definisi
Obat antikonvulsan (anti kejang) adalah senyawa yang secara selektif dapat menekan sistem saraf pusat dan digunakan untuk mengontrol dan mencegah serangan tiba-tiba dari epilepsi tanpa menimbulkan depresi pernapasan. Epilepsi adalah gejala kompleks yang dikarakterisasi oleh kambunya serangan hebat disritmia otak disertai dengan gangguan atau hilangnya kesadaran dan kadang-kadang disertai dengan pergerakan tubuh (kejang), biasanya waktunya pendek dan terjadi pada organ tertentu. Obat anti kejang bersifat simpatometik,  hanya meringankan gejala sajaa tetapi tidak menyembuhkan sehingga pengobatan epilepsi diberikan untuk seumur hidup (Siswandono, 2016).
2.         Mekanisme Kerja Obat Antikejang
Salah satu hipotesis mekanisme kerja obat antikejang adalah serupa dengan anestetika sistemik dan sedatif-hipnotik, yaitu termasuk obat berstruktur tidak spesifik, yang efek farmakologisnya dipengaruhi oleh sifat kimia fisika dan tidak oleh pembentukan kompleks dengan reseptor spesifik.
Pada umumnya obat antikejang mempunyai dua struktur karakteristik yaitu gugus yang bersifat pola, biasanya gugus imido dan gugus yang bersifat lipofilik. Antikejang dengan struktur sederhana, kemungkinan berinteraksi secara tidak selektif dan menimbulkan beberapa tipe kerja, sedangkan struktur yang kompleks menunjukkan keselektifan lebih besar dan spektrum kerjanya lebih sempit. Kemungkinan lain interaksinya lebih besar dari pada daerah reseptor lain sehingga masing-masing gugus menyebabkan kerja kualitatif yang berbeda. Contoh : gugus pertama kemungkinan bekerja pada serangan kejang parsial atau generalis sedangkan gugus kedua efektif bekerja pada serangan grand mal (Siswandono, 2016).
Obat anti epilepsi (OAE) bekerja melawan bangkitan melalui berbagai target seluler, sehingga mampu menghentikan aktivitas hipersinkroni pada sirkuit otak. Mekanisme kerja OAE dapat dikategorikan dalam empat kelompok utama : (1) modulasi voltage-gated ion channels, termasuk natrium,kalsium, dan kalium; (2) peningkatan inhibisi GABA melalui efek pada reseptor GABA-A, transporter GAT-1 GABA, atau GABA transaminase; (3) modulasi langsung terhadap pelepasan sinaptik seperti SV2A dan α2δ; dan (4) inhibisi sinap eksitasi melalui reseptor glutamat ionotropik termasuk reseptor AMPA. Efek utama adalah modifikasi mekanisme burst neuron dan mengurangi sinkronisasi pada neuron. OAE juga menghambat firing abnormal pada area lain. Beberapa bangkitan, misalnya bangkitan absans tipikal disebabkan karena sinkronisasi talamokortikal, sehingga OAE yang bekerja menghambat mekanisme tersebut efektif untuk mengobati bangkitan absans tipikal. Kebanyakan target OAE adalah pada kanal natrium, kalium, dan reseptor GABA-A3,4 Ringkasan mekanisme kerja OAE dapat dilihat pada gambar 1.
Menurut Husna dan Kurniawan (2018), Berdasarkan struktur kimianya obat antikejang dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu :
1.      Turunan barbiturat
Dapat digunakan untuk mengontrol epilepsi, tetapi efeknya kurang selektif. Turunan ini selektif terutama untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial (psikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal. Mekanisme kerja turunan barbiturat dalam mengurangi fungsi korteks motor masih belum begitu jelas. Contohnya : fenobarbital, mefobarbital, metarbital dan primidon.
2.      Turunan Hidantoin
Turunan ini sangat efektif terutama untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial (psikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal. Contohnya : mefenitoin, fenitoin Na, etotoin
3.      Turunan Oksazolidindion
Turunan ini efektif untuk pengobatan serangan petit mal dan tidak efektif terhadap serangan grand mal. Turunan ini menimbulkan efek samping seperti iritasi lambung, mual, pusing dan gangguan penglihatan yang lebih serius dapat menimbulkan anemia aplastik, dispresi susmsum tulang belakang dan kerusakan ginjal. Contohnya : trimetadion, parametadion
4.      Turunan Suksinimida
Turunan ini mempunyai aktivitas yang cukup terhadap serangan petit mal dan tidak efektif terhadap serangan grand mal. Aktivitasnya relatif sama dengan turunan oksazolidindion dengan efek samping lebih rendah. Contohnya : fensuksimid, metsuksimid dan etoksuksimid
5.      Turunan Benzodiazepin
Turunan ini merupakan penekanan sistem saraf pusat yang terutama digunakan sebagai sedatif-hipnotik dan relaksasi otot. Beberapa diantaranya juga efektif untuk pengobatan serangan epilepsi, tetapi penggunaan terbatas karena cepat menimbulkan toleransi. Contohnya : klordiazepoksid, diazepam, klobazam, flurazepam, lorazepam dan klonazepam.
6.      Turunan Asam Valproat
Turunan asam valproat yang digunakan untuk anti kejang antara lain adalah asam valproat dan valpromid.
7.      Turunan Dibenzezepin
Contoh dari turunan ini yaitu : karbamazepin dan okskarbazepin



DAFTAR PUSTAKA
Husna, M dan S. N. Kurniawan. 2018. Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi Secara Biomolekuler. MNJ. 4 (1) : 38-45.
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal Edisi Kedua. Airlangga University Press, Surabaya.



PERMASALAHAN
1.      Bagaimana gejala kejang epilepsi yang sering terjadi ?
2.      Mengapa diazepam masih dipilih sebagai obat antikonvulsi ?
3.      Bagaimana efek samping dari obat antiepilepsi ?


4 komentar:

  1. Haii asima,,Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1,
    Kebingungan sementara, Mata kosong (bengong) menatap satu titik terlalu lama, gerakan menyentak tak terkendali pada tangan dan kaki,  hilang kesadaran sepenuhnya atau sementara, gejala psikis, kekakuan otot, gemetar atau kejang, pada sebagian anggota tubuh (wajah, lengan, kaki) atau keseluruhan, kejang yang di ikuti oleh tubuh menegang dan hilang kesadaran secara tiba tiba yang bisa menyebabkan orang itu terjatuh 

    BalasHapus
  2. Saya akan menjawab permasalahan no 2, Walaupun diazepam memiliki efek samping yang sangat berat dan termasuk kedalam obat psikotropika, namun diazepam masih digunakan dalam pengobatan antikonvulsan. Diazepam  untuk terapi konvulsi rekuren, miksalnya status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hipsaritmiayang refrrakter terhadap terapi lazim. Diazepam efektif pada bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam satu detik. Sangat penting untuk digunakan dalam menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan. Diazepam dapat melawan kejang tanpa menimbulkan potensial terhadap depresi post ictal, seperti yang umum terjadi pada penggunaan barbiturat atau obat penekan ssp non-selektif lain

    BalasHapus
  3. Saya akan menjawab permasalahan no 3, efek samping dari obat antielepsi yaitu :
    - Kenaikan berat badan
    -Pusing
    -Lemas
    -Penurunan kepadatan tulang
    -Daya ingat berkurang
    -Bicara tidak lancar
    -Hilangnya koordinasi gerakan
    -Ruam kulit
    -Peradangan organ (misalnya organ hati)
    -Ruam kulit parah
    -Depresi
    -Kecenderungan akan bunuh diri

    BalasHapus
  4. Halo Asima, saya tidak tahu apakah hal ini akan membantu, tapi saya akan menjawab permasalahan no 1 berdasarkan pengalaman dalam menghadapi penderita epilepsi.

    Berdasarkan pengalaman, gejala awal kejang epilepsi di tandai dengan hilangnya fokus seseorang, hal itu kemudian berlanjut dengan hilangnya kemampuan tubuh untuk mengendalikan diri. Saat masa kejang mulai terjadi, si penderita cenderung akan terjatuh dan mengigit bibir atau lidah . Kontraksi otot meningkatkan hingga tubuh si penderita mengalami kejang dan umumnya mereka akan bergumam atau mengeluarkan air liur. Gerakan menyentak atau membenturkan tubuh juga cenderung terjadi. Pada saat itu, akan sulit untuk mengendalikan si penderita, sampai akhirnya masa kejang berakhir dan perlahan penderita epilepsi akan tenang, si penderita epilepsi akan mengalami lemas, jantung berdegup kencang, pandangan mata tak fokus, dan bahkan kehilangan ingatan selama masa kejang. Pada saat tenang seperti ini akan sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan penderita epilepsi. Mereka tidak akan mampu menjawab dengan benar setiap pertanyaan atau bahkan merasa bingung dengan keberadaannya. Penderita epilepsi juga biasanya akan lebih memilih untuk tidur seperti merasa begitu lelah dan tak mampu untuk berdiri, berjalan atau bergerak sendiri tanpa bantuan atau arahan orang-orang disekitarnya.


    BalasHapus

kerja parasetamol pada prostaglandin

Bagaimana caranya kita tau parasetamol bekerja pada prostaglandin ? Jawab:       Yaitu dengan cara prostaglandin (reseptor nyeri) ...