Selasa, 26 November 2019

ANALGETIKA (Kimia Medisinal)

ANALGETIKA
Ø  Definisi
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangan kesadaran. Analgetika pada umumya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek antiinflamasi.
Asam salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Terapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaiu analgetik narkotika. Efek antipiretik menyebabkan otot tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi (artritis rheumatoid) termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.
Analgetika antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori :
1.    Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat diatasi dengan asetosal, paracetaol bahkan placebo.
2.    Nyeri sedang (sakit punggung, migraine, rheumatic), memerlukan analgetik perifer kuat.
3.    Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker), harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotika.      

Ø  Penggolongan
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni:
a.    Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak narkotik dan tidak berkerja sentral. Analgetika antiradangtermasuk keompok ini.
b.    Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
  
v  Analgetik Narkotik
Analgetika narkotik dapat menekan fungsi SSP secara selektif. Mekanisme kerja analgesik dengan pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Struktur  yang memiliki peran penting dalam analgesik (dalam  morfin) :
a)    Struktur bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der wall.
b)   Tempat anionik yang berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
c)    Lubang yang sesuai untuk –CH2-CH2- dari proyeksi cincin piperidin.
        Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Morfin :

(morfin, codein, etilmorfin, heterooksida, asetil morfin, dihidromorfin, normorfin)
·       eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik
·       eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik
·       perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik.
·       pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik
·       hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
·       substansi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik
·       pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 menurunkan aktivitas
·       pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas  
v Analgetik Non Narkotik
Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat (analgetika ringan), juga sebagai antipiretik dan anti radang. Mekanisme kerja :
a.    analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim pada SSP yang mengkatalisis prostaglandin yang mencegah sensitisasi reseptor rasa nyeri.
b.    antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas.
c.    antiradang dengan menghambat biosintesis prostaglandin dan mekanisme lainnya
Penggolongan Analgetik Non Narkotik
A.  analgetik-antipiretik
1)        turunan anilin dan p-aminofenol (asetanilid, fanasetin)
2)        turunan 5-pirazolon (antipirin, metampiron, propifenazon)
B.   antiradang bukan steroid [NSAID]
1)        turunan salisilat (asam salisilat, salisilamida, asetosal)
2)        turunan 5-pirazolidindion (fenilbutazon, sulfinpirazon)
3)        turunan N-arilantranilat (asam mefenamat)
4)        turunan asam arilasetat (diklofenak, ibuprofen)
5)        turunan asam heteroarilasetat (asam tiaprofenat, fentiazak)
6)        turunan oksikam (piroksikam, tenoksikam)
7)        turunan lain-lain (benzidamin, asam niflumat)
 Hubungan  Struktur Aktivitas Turunan Asam Salisilat :

·       senyawa anion salisilat aktif sebagai antiradang, gugus karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan dengannya.
·       turunan halogen dapat meningkatkan aktivitas tetapi toksisitas lebih besar
·       adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas
·       pemasukkan gugus metil pada posisi 3 menyebabkan metabolisme (hidrolisis gugus asetil) menjadi lebih lambat.
·       adanya gugus aril yang hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan aktivitas.
Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam N-Arilantranilat:


(asam mefenamat, asam flufenamat, asam meklofenamat, glafenin, floktafenin)
·       cincin benzen yang terikat atom N memiliki subtituen pada posisi 2, 3, dan 6 akan meningkatkan aktivitas
·       jika gugus-gugus  pada N-aril berada diluar koplanaritas asam antranilat maka aktivitas  meningkat
·       penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus isosterik seperti O, S, dan CH2 menurunkan aktivitas.
  Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Asam Arilasetat:

(ibufenak, ibuprofen, ketoprofen, fenoprofen, diklofenak, flurbiprofen, laksoprofen)
·      pemisahan dengan lebih dari satu atom C akan menurunkan aktivitas
·      adanya gugus a-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas antiradang
·      adanya a-subtitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan terkadang isomer satu  (isomer S) lebih aktiv dari isomer lainnya.
·      turunan ester dan amida memiliki aktivitas antiradang karena secara invivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya.


  

DAFTAR PUSTAKA
Pati. 2019. Farmakologi 2. Deepublish publisher, Yogyakarta.
Tjay, T. H dan K. Rahardja.2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Computindo, Jakarta.




PERTANYAAN :
1.    Apakah analgetika aman digunakan untuk ibu hamil ?
2.    Bagaimana mekanisme kerja analgetika turunan morfin ?
3.    Bagaimana reaksi efek samping yang terjadi jika salah satu struktur golongan obat narkotika dan non-narkotika dimodifikasi ?

4 komentar:

  1. 1. Analgetika dianggap aman untuk ibu hamil dan ibu menyusui

    BalasHapus
  2. Hay asima saya akan mencoba menjawab permasalaham no. 1 menrt saya aman selagi mengkonsumsi obat tersebut sesuai dosis yang di anjurkan

    BalasHapus
  3. Hai asima saya akan coba bantu
    Analgesik atau analgenetika yg berbentuk parasetamol aman aman saja bagi ibu hamil sejauh ini karna tidak menimbulkan efek samping jika dosis nya tepat

    BalasHapus
  4. Hallo asima....
    Menurut saya, aman tidaknya obat analgetik dikonsumsi wanita hamil semua tergantung dari kondisi wanita tersebut

    BalasHapus

kerja parasetamol pada prostaglandin

Bagaimana caranya kita tau parasetamol bekerja pada prostaglandin ? Jawab:       Yaitu dengan cara prostaglandin (reseptor nyeri) ...